Korean cultural center Indonesia mengadakan event menonton film bersama “1987 When the days Comes” untuk memperingati hari demokrasi korea 10 juni

 

Pada kamis dan jumat 10 dan 11 juni 2021 korean culturan center Indonesia mengadakan acara menonton bersama pemutaran film (1987 When the days Comes), acara ini diadakan bertujuan untuk memperingati hari demokrasi 10 juni republic korea selatan, jumlah orang yang hadir dalam pemutaran film ini terbatas hanya 80 orang dikarenakan masih terjadi wabah covid-19 dan diberlakukan aturan yang sangat ketat dalam pemutaran film ini, sebelum dimulainya film, direktur Korean cultural center Indonesia memberikan penjelasan sedikit bahwasannya kita sebagai anak muda yang hidup di zaman tahun 2000 jangan pernah lupa akan sejarah apapun yang dialami sebuah Negara.

Yang hadir dalam pemutaran film ini dari berbagai kalangan, dari mulai honorary repoters, sahabat korea (social media supporters dari kedutaan besar republic korea) dan juga pecinta korea lainnya, Di film Korea 1987: When the Day Comes diceritakan tentang sebuah tragedi nahas yang pernah membuat gerakan mahasiswa saat itu berduka. Buat yang haus dan suka dengan film yang ada unsur sejarahnya.

Cerita bermula ketika seorang mahasiswa bernama Park Jong Chul dinyatakan meninggal saat diinterogasi oleh polisi. Saat itu, petugas kepolisian sedang gencar memburu orang-orang komunis. Rezim militer berkuasa, mereka jadi semena-mena dan seenaknya menangkap warga sipil. Apalagi saat itu Park Cheo Won yang memegang kendali untuk kasus ini.

Kematian Park Jong Chul ini masih menjadi misteri. Keluarganya tidak diizinkan untuk bertemu dan jasadnya dikremasi secara paksa. Wartawan, jaksa, dan rekan sesama mahasiswa tentu tidak puas dengan klarifikasi dari kepolisian.

Menguak fakta dengan caranya masing-masing, ada banyak pihak yang terlibat. Ada jaksa Choi yang nggak gentar melawan Park Cheo Won, detektif Jo yang jadi kambing hitam, dan wartawan Yoon yang kritis saat mencari narasumber.

Kasus ini menunjukkan titik terang saat sipir Byeong sering meminta tolong keponakannya Yeon Hee untuk memberikan buku catatan kepada pendeta di gereja katolik dekat rumahnya. Bukan catatan biasa, di situ sudah tertulis tentang nama petugas polisi yang menyiksa Park Jong Chul. Bagaimana si sipir bisa tahu? Karena dia jadi saksi mata soal penyiksaan tersebut.

Perjuangan menguak kematian Park Jong Chul ini juga diberi bumbu-bumbu asmara di beberapa pemainnya. Bukan film romantis, ending dari film ini tidak seperti dongeng yang berakhir bahagia. Walau tidak bahagia, karena Park Jong Chul rezim militer berhasil digulingkan dan Korea bisa menjadi negara demokrasi hingga detik ini.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Get to know what Chuseok is a big holiday in Korea

Gerakan silhak pada dinasti joseon di korea selatan

Silhak movement in the Joseon Dynasty in South Korea