Perayaan Hari Hangul di Indonesia
Pada hari Rabu 9 Oktober 2019
Pusat kebudayaan Korea Selatan yang ada
di Indonesia mengadakan acara hari hangul.
Apa itu hari Hangul ?
Hari Hangeul, juga disebut Hari
Penetapan Hangeul atau Hari Abjad Korea, adalah hari istimewa bangsa Korea yang
memperingati penciptaan dan penetapan penggunaan abjad asli bahasa Korea yaitu
hangul (한글) oleh Raja Sejong. Hari hangeul diperingati pada 9 Oktober di Korea
Selatan Pada tahun 2013, Hari Hangeul menjadi hari libur nasional di Korea
Selatan.
Jadi seperti yang sudah kalian baca
diatas, kemarin pada hari Rabu tanggal 9 Oktober 2019, pusat kebudayaan Korea
mengadakan sebuah acara yang bertemakan
"Hari Hangul"
Kegiatan dalam acara ini adalah bermain
benar atau salah dalam bahasa Korea, permainan tebak kata menggunakan bahasa
Korea, kompetisi menulis rangkaian kalimat yang telah ditentukan dan menjadikan
sebuah paragraf dengan sesuai tema yang ditentukan.
Para pengunjung yang datang dalam acara
ini juga bisa mencoba pakaian tradisional khas Korea Selatan yaitu hanbok dan
juga bisa membuat kipas tradisional khas Korea, dan yang terakhir para
pengunjung yang datang juga bisa mencoba makanan khas Korea yang telah
disediakan oleh pihak acara, banyak makanan beragam seperti ttaebokki, japchae,
dan lain lain.
Setelah kalian membaca keseruan hari
Hangul di Indonesia, kalian baca dibawah ini penjelasan mengenai huruf Hangul
dari Korea Selatan, selamat membaca
Hangeul diciptakan oleh Raja Sejong yang
Agung. Selanjutnya, pada tahun 1446, Hangeul ditampilkan dalam bentuk
terpublikasi beserta pedoman penjelasan rinci. Sejong menamakan alfabet
tersebut Hunminjeongeum ("Suara yang tepat untuk diajarkan kepada
rakyat"). Alfabet ini sekarang dinamakan Hangeul yang bermakna "Alfabet
Han" atau "Alfabet Agung". Meskipun dianjurkan oleh raja, tidak
banyak sarjana Joseon yang mau menulis dengan Hangeul. Para sarjana menganggap
bahwa Hangeul adalah alfabet untuk wanita (eon-mun) karena sangat mudah untuk
dipelajari. Para sarjana dan bangsawan yang kebanyakan kaum pria masih
menggunakan hanja. Sastrawan wanita yang dikenal akan karya-karya dalam Hangeul
antara lain Shin Saimdang (1504-51), Heo Nanseolheon (1563-89) dan
Myeongseong(1851-95).
Dalam sebagian besar sejarahnya, rakyat
Korea menulis dengan aksara Tionghoa (Hanja). Karena bahasa tutur kedua bangsa
ini berasal dari keluarga yang berbeda, bahasa Korea tidak bisa secara tepat
diungkapkan dalam aksara Tionghoa. Dalam bahasa Tionghoa, kalimat ditandai
dengan partikel, sementara dalam bahasa Korea, akhiran digunakan untuk menambah
atau memodifikasi makna. Walau tidak nyaman, kaum bangsawan Korea (yangban)
tetap mendukung penggunaan hanja secara teguh.
Raja Sejong adalah seorang pemimpin
sekaligus ilmuwan, dan pelopor budaya. Melalui upaya keras bertahun-tahun, ia
meneliti unit dasar Bahasa Korea menggunakan kemampuannya sendiri tentang
kebahasaan dan akhirnya berhasil menuangkannya dalam bentuk aksara,
Hunminjeongeum.
Tulisan di Sejong Sillok, volume Joseon
Wangjo Sillok (Babad Joseon) tanggal 30 Desember tahun ke-25 masa Sejong
bertahta, berbunyi:
“ Bulan ini, Raja telah menciptakan 28
aksara Onmun (aksara tutur) secara pribadi...Walau sederhana dan ringkas,
aksara ini mampu menghasilkan variasi-variasi tak terhingga dan dinamakan
Hunmin Jeongeum. ”
Berdasarkan "Penjelasan dan
Contoh-contoh Hunmin Jeongeum" (1446): lambang konsonan dasar terbentuk
secara sistematis berdasarkan organ mulut manusia saat mengucapkan beberapa
jenis suara, sementara konsonan lain dibentuk dengan menambahkan guratan ke 5
bentuk dasar.
Bagaimana kalian sudah mengenal dan
mengetahui huruf Hangul dari Korea ini bukan ?
Komentar
Posting Komentar